24 September 2017

Nakalnya Tante Neni Yang Mainkan Kemaluanku


Nakalnya Tante Neni Yang Mainkan Kemaluanku || ketika kemaluanku dimainkan dengan nakal oleh tante Neni.  Mau tahu kelanjutan ceritanya? Langsung aja yuk baca dan simak baik-baik cerita mesum terbaru dewasa ini.

Sewaktu orang tua saya sedang pergi keluar negeri. Teman baik ibuku, Tante Neni, yang berumur 26 tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal di rumah menjagaiku. Karena suaminya harus keluar kota, Tante Neni akan menginap di rumahku sendirian.

Tante Neni badannya agak tinggi, kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakaian dan gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Neni. Biasanya, setiap ada kesempatan saya suka memainkan kemaluanku sendirian.

Nakalnya Tante Neni Yang Mainkan Kemaluanku


Tapi belum pernah hingga  keluar, waktu itu saya lagi belum mengerti apa-apa, cuma karena rasanya enak. Mengambil perluang rumah lagi kosong dan Tante Neni juga belum sampai. Setelah pulang sekolah, saya ke kamar tidurku sendirian memijit-mijit kemaluanku sembari menghayalkan tubuh Tante Neni yang seksi.

Kubayangkan seperti yang pernah kulihat di majalah porno dari teman-temanku di sekolah. Ketika asyiknya bermain sendirian tidak kusadari Tante Neni sudah tiba di rumahku dan tiba-tiba membuka pintu kamarku yang lupa kukunci. Dia sedikit tercengang waktu melihatku berbaring diatas ranjang telanjang bulat, sembari memegangi kemaluanku yang berdiri.

Aduh malunya setengah mati, ketangkap basah lagi mainin burung. Segera kututupi kemaluanku dengan bantal, mukaku putih pucat. Melihatku ketakutan, Tante Neni cuma tersenyum dan berkata"Eh, kamu sudah pulang sekolah Asan, Tante juga baru saja datang". Saya tidak berani menjawabnya.

"Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak mainin burungnya sendiri" ujarnya. Saya tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur karena sangat malu. Tante Neni lalu menambah, "Kamu terusin saja mainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja, kok".

Nakalnya Tante Neni Yang Mainkan Kemaluanku Pada saat Aku Tidur

"Tidak apa-apa kan kalau Tante turut melihat permainanmu", sembari melirik menggoda, dia kembali berkata "Kalau kamu mau, Tante bisa tolongin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu, Asan.", tambahnya sembari mendekatiku. "Tapi kamu tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja”. Saya tetap tidak dapat menjawab apa-apa, hanya mengangguk kecil walaupun saya tidak begitu mengerti apa maksudnya.

Tante Neni pergi ke kamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali ke kamarku. Lalu dia berlutut di hadapanku. Bantalku diangkat perlahan-lahan, dan saking takutnya kemaluanku segera mengecil dan segera kututupi dengan kedua telapak tanganku.

"Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan berhati-hati deh", katanya sembari membujukku. Tanganku dibuka dan mata Tante Neni mulai turun ke bawah kearah selangkanganku dan memperhatikan kemaluanku yang mengecil dengan teliti.

Dengan perlahan-lahan dia menggenggam kemaluanku dengan kedua jarinya dan menuruni kepalanya dengan tangan yang satu lagi dia memberikan Baby Oil itu di kepala kemaluanku, senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya yang cantik. "Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh" katanya sembari mengedipkan sebelah matanya.

Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluanku, apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan hangat. "Jangan takut Asan., kamu rebahan saja", ujarnya membujukku.

Setelah sedikit tenang mendengar suaranya yang halus dan memastikan, saya mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut. Tangannya sangat jago memperlakukan kemaluanku, setiap pegangnannya membuat kemaluanku bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih nikmat dari sentuhan tanganku sendiri.

"Lihat itu sudah mulai membesar kembali", kemudian Tante Neni melumuri Baby Oil itu ke seluruh batang kemaluanku yang mulai menegang dan kedua bijinya. Lalu Tante Neni mulai mengocok kemaluanku dipegangnya perlahan-lahan dengan membuka lebar kedua pahaku dan menggosok bijiku yang mulai panas membara.

Nakalnya Tante Neni Yang Mainkan Kemaluanku Saat Aku Sedang Sendiri Di Rumah


Kemaluanku terasa kencang sekali, berdiri tegak seenaknya dihadapan muka Tante Neni yang cantik. Perlahan Tante Neni mendatangi mukanya kearah selangkanganku, kayak lagi mempelajarinya. Terasa napasnya yang hangat bertiup di paha dan di bijiku dengan halus. Saya hampir tidak bisa percaya, Tante Neni yang baru saja kukhayalkan, sekarang sedang berjongkok diantara selangkanganku.

Setelah kira-kira lima menit setelahnya, saya tidak bisa membendung rasa geli dari godaan jari-jari tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja di ranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Neni yang licin dan berminyak. Tidak pernah saya merasa kayak begitu, semua keenakakn duniawi ini kayak berfokus tepat ditengah-tengah selangkanganku.

Mendadak Tante Neni kembali berkata, "Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang Tante hisap saja yah". Saya tidak mengerti apa yang dia maksud. Dengan langsung Tante Neni menjulurkan lidahnya dan menjilat kepala kemaluanku kemudian memasukannya perlahan ke dalam mulutnya.

Hampir saja saya melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, saya tidak tahu harus membikin apa, kecuali menekan pantatku keras ke dalam ranjang. Tangannya langsung dimasukan ke bawah pinggulku dan menaikannya dengan perlahan dari atas ranjang.

Kemaluanku meningkat tinggi bagai hendak dipertunjukan didepan mukanya. Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot ke dalam mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah.

Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku. Kepalanya tampak turun naik disekitar  kemaluanku, saya merasa geli setengah mati. Ini jauh lebih enak ketimbang memakai tangannya.

Sekali-sekali Tante Neni juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan-gigitan kecil. Dan perlahan menelusuri ke bawah menjilat lubang bokongku dan membentuk lingkaran kecil dengan ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan hangat. Saya hanya dapat berpegangan erat ke bantalku, sembari mencoba menahan rintihanku.

Binalnya Tante Neni Yang Mainkan Kemaluanku


Kudekap mukaku dengan bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang saya hendak menjerit. Napasku tidak bisa diarahkan lagi, pinggulku menegang, kepala saya mulai pening dari kenikmatan yang berpusat tepat diantara selangkanganku.

Mendadak kurasa kemaluanku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik pinggulku kebelakang. Dengan seketika, kemaluanku seperti mempunyai hidup sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat ke muka dan ke rambut Tante Neni.

Seluruh badanku bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya. Saya tidak sanggup untuk menahan kejadian ini. Saya merasa telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat besar. Dengan napas yang terengah-engah, saya meminta maaf kepada Tante Neni atas kejadian tersebut dan tidak berani untuk menatap wajahnya.

Tetapi Tante Neni hanya tersenyum lebar, dan berkata "Tidak apa-apa kok, ini memang harus begini", kembali dia menjilati cairan lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa cairan itu dari kemaluanku sehingga bersih. "Tante suka kok, rasanya sedap", tambahnya.

Dengan penuh pengertian Tante Neni menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali-sekali. Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku dengan handuk kecil basah dan menciumku dengan lembut dikeningku.

Setelah Selesai Ngesek dengan Tante Neni


Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu-malu saya bertanya, "Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini?". Tante Neni menjawab "Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda". Dan Tante Neni berkata yang kalau saya mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja saya bilang yang saya mau menyaksikannya.

Kemudian jari-jari tangan Tante Neni yang lentik dengan perlahan mulai membuka kancing-kancing bajunya, memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar membusung dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan pelan Tante Neni mengenggam kedua tanganku dan menaruhnya di atas buah dadanya. Rasanya empuk, kenyal dan halus sekali, ujungnya agak keras.

Baca Juga :


Putingnya warna coklat tua dan agak besar. Tante Neni memintaku untuk menyentuhnya. Karena belum ada pengalaman apa-apa, saya pencet saja dengan kasar. Tante Neni kembali tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya perlahan-lahan. (tamat).

0 komentar:

Posting Komentar